Rabu, 12 Januari 2011

contoh program latihan fartlek

-. Pemanasan dengan lari 5 s/d 10 menit
-. Lari cepat secara ajeg meliputi jarak 1¼ mil
-. Jalan cepat selama 5 menit
-. Lari biasa, dengan di selinggi latihan loncatan 3-4 kali
-. Lari dengan kecepatan penuh ke atas bukit 50-100 m
-. Lari menuruni bukit dengan jarak 50-100 m
-. Di akhiri lari keliling lapangan, 1-5 kali
total estimasi waktu 45 menit
latihan fartlek sebenarnya latihan bebas, tetapi dalam penerapannya diberikan beberapa variasi latihan
tujuan latihan :
- daya tahan cardiovaskular
- daya ledak otot dsb.

referensi : sajoto. 1988. pembinaan kondisi fisik atlet

ASPEK PSIKOLOGIS YANG BERPERAN PADA ATLET USIA DINI

Seorang anak selalu mencari pengakuan dari orang dewasa akan kemampuan dirinya. Dalam melakukan aktivitas olahraga, pujian yang diberikan terhadap penampilan anak dapat mengembangkan aspek psikologisnya, seperti perasaan percaya diri, kegembiraan, harga diri, pengalaman merasakan mencapai tujuan, dan pengakuan dari teman sebaya. Sebaliknya, jika anak mendapatkan pengalaman yang negatif dalam berolahraga, maka aspek psikologisnya pun dapat berkembang secara negatif. Disini penilaian diri negatif, frustrasi, agresi dan aspek negatif lain dapat terlihat dengan jelas.

Setelah anak berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan



kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak berusia 8 atau 9 tahun.

Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya, tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses. Dalam prosesnya, jenis olahraga yang penontonnya dapat berteriak bebas, terutama pada olahraga beregu, bisa berdampak negatif terhadap perkembangan psikososial anak, terutama jika pelatih dan orangtua tidak dapat mengendalikan emosi pada saat pertandingan berlangsung. Hal ini biasanya terjadi karena terlalu menekankan untuk mencapai kemenangan. Oleh karena itu, orang dewasa yang terlibat dalam kompetisi olahraga atlet usia dini juga perlu mendapat pengetahuan dan pendidikan tentang pembinaan olahraga usia dini.

Pemahaman tentang target realistis yang bisa dicapai atlet usia dini perlu ditekankan. Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai atlet adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap atlet, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan.

Tujuan pelibatan anak dalam aktivitas olahraga, hendaknya mencakup:
- Memperkenalkan anak terhadap berbagai pengalaman olahraga,
- Meningkatkan keterampilan fisik,
- Meningkatkan kemampuan propriosepsi (perabaan selektif) dan atensi
(merupakan faktor positif dalam belajar secara umum),
- Mengembangkan sosialisasi positif,
- Membangun perasaan memiliki kemampuan,
- Memupuk kepercayaan dan harga diri.

Untuk mendapatkan efek positif terhadap perkembangan psikologis dan sosialisasi anak, maka olahraga perlu diprogramkan dan disupervisi secara baik, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Menciptakan latihan yang aman meskipun beresiko,
- Memperhatikan pencapaian kepuasan akan penampilan,
- Membangun perasaan agar bekerja mencapai target yang ditentukan,
- Menetapkan peran spesifik individu,
- Menerapkan kepedulian terhadap peraturan permainan, serupa dengan terhadap
peraturan sosial
- Menghargai dan menghormati lawan,
- Mempromosikan latihan olahraga yang teratur dan berjangka panjang untuk memelihara kesegaran jasmani.

Perlu juga diperlihatkan bukti-bukti kepada anak bahwa orang yang terlibat dalam olahraga dan belajar dengan baik, memiliki nilai akademis yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan aktivitas olahraga.



PERSIAPAN MENTAL PERTANDINGAN

Pada masa awal dimana orangtua, guru atau pelatih mendapatkan bahwa seorang anak memiliki minat atau bakat olahraga, maka mereka mendukungnya secara positif. Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Disini perlu ditanamkan perasaan “mencapai sukses” bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Oleh karena itu, penting sekali di masa awal ini setiap partisipan dalam suatu kejuaraan bisa mendapatkan penghargaan.

Setelah anak mulai menyenangi bahkan “keranjingan” dengan olahraga yang dilakukannya, maka motivasi dan dedikasinya untuk lebih menguasai keterampilan olahraga tersebut akan lebih meningkat. Disini diperlukan pelatih yang lebih terampil dan memiliki hubungan positif dengan anak, sehingga sang anak bisa lebih mengembangkan keterampilan olahraganya dan semakin merasakan keterikatan dengan olahraganya tersebut.

Pada saat anak mulai tertarik untuk menekuni olahraga secara lebih serius, maka dukungan moral dan pengorbanan finansial dari orangtua untuk memenuhi kebutuhan latihan olahraga sangat diperlukan. Jika kebutuhan ini terpenuhi dan prestasi anak terus meningkat, maka anak akan beralih menjadi atlet. Pada tahap ini sebagian peran orangtua sudah diambil alih oleh pelatih maupun oleh si atlet itu sendiri karena ia sudah menjadi lebih mandiri.

Sebagai atlet cilik, persiapan mental dalam menghadapi pertandingan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Utamanya atlet perlu dibiasakan berfikir positif, diberi keyakinan bahwa dalam pertandingan nanti dirinya mampu menampilkan keterampilan yang telah dilatihnya. Untuk itu beberapa latihan keterampilan psikologis (psychological skills training) seperti latihan relaksasi, latihan konsentrasi dan latihan imajeri perlu diajarkan. Hal ini diuraikan pada bagian terakhir.

PELATIH SEBAGAI PEMBINA MENTAL ATLET

Dalam pelatihan olahraga bagi atlet usia dini, cara pelatih merancang situasi latihan, cara pelatih menetapkan sasaran, serta sikap dan perilaku pelatih dalam kepelatihannya dapat mempengaruhi partisipasi anak ke dalam olahraga. Pelatih tidak hanya berperan dalam situasi olahraga, namun seringkali juga pelatih memiliki pengaruh terhadap aspek lain dalam kehidupan si anak. Demikian

pentingnya peran pelatih dalam olahraga usia dini, karena itu pelatih sangat berperan sebagai pembina mental atlet usia dini.

Beberapa tips bagi pelatih dalam menangani atlet usia dini:
-Perlakukan setiap anak sama dengan anak lainnya. Berikan kesempatan yang sama kepada setiap anak dalam melakukan suatu aktivitas.
-Ciptakan suasana yang menggembirakan dalam berlatih maupun bertanding, sehingga minat dan motivasinya terhadap olahraga semakin meningkat.
-Bersabarlah; pada mulanya anak mungkin takut atau koordinasi motoriknya kurang, namun dengan pengarahan yang benar dan latihan
yang berulang maka anak akan belajar.
-Usahakan setiap anak dapat melakukan gerakan olahraga dengan benar, karena hal ini penting bagi perkembangan keterampilan dan rasa kebanggaannya.
-Gunakan bahasa sederhana, jelas dan dapat dimengerti oleh anak.
-Kurangi rasa takut yang mungkin dimiliki anak dengan cara mengantisipasi dan mengurangi kecemasannya. Humor biasanya efektif.
-Jelaskan dan tunjukkan gerakan keterampilan olahraga yang benar secara cermat, sehingga anak mengerti apa yang harus mereka lakukan.
-Jelaskan gerakan keterampilan baru sedikit demi sedikit, sehingga anak dapat melihat urutan gerak yang benar.
-Ingatlah bahwa jika anak melakukan kesalahan, itu adalah hal yang wajar;
dan itu berarti mereka sedang mencoba.
-Biarkan anak mengajukan pertanyaan; hal ini menunjukkan bahwa anak itu berpikir.
-Tunjukkan penghargaan terhadap anak; perlakukan mereka sedemikian rupa sehingga terkesan bahwa baik pelatih maupun yang dilatih itu sama- sama belajar.
-Bersikaplah positif dan yakinkan setiap pemain memiliki peran dalam tim, sehingga setiap anak merasa penting dan spesial.
-Rangsang anak agar mereka memiliki tokoh model; kenalkan mereka kepada tokoh-tokoh olahraga yang patut diteladani dan rangsang mereka agar memiliki minat untuk menyaksikan acara olahraga maupun menyimak berita olahraga.

Selain perlu mengetahui beberapa tips menangani atlet usia dini, pelatih pun perlu menghindari beberapa hal berikut ini:
-Hindari berteriak keras, berkata kasar atau membentak anak yang dilatih.
-Janganlah menonjolkan hal buruk seorang anak atau mengungkit-ungkit kesalahan yang
pernah dibuatnya; apalagi dilakukan di depan anak-anak lain.
-Hindari menghukum anak atas kesalahan gerak yang
dibuatnya.
Hukuman dalam hal ini akan membuat anak menarik diri atau menyerah. Jika anak membuat kesalahan gerakan, koreksi kesalahan tersebut dan demonstrasikan gerakan yang benar.

-Tidak perlu mengharapkan anak belajar dengan cepat. Kemampuan anak akan meningkat
melalui latihan yang teratur.
-Jangan mengharapkan anak bermain seperti seorang profesional. Biarkan mereka
menikmati dunia anak-anaknya sebagai bocah; mereka akan mahir secara
bertahap.
-Hindari memperolok atau mempermainkan anak. Hal ini pada anak akan berdampak
terhadap penghukuman diri sendiri.
-Tidak perlu membandingkan seorang anak dengan anak lainnya, apalagi dengan
‘jagoan’ di dalam tim.
-Janganlah mengabaikan anak kandung yang juga dilatih (walaupun dengan
tujuan menghilangkan prasangka pilih kasih). Ingatlah, setiap
anak dalam tim selalu menginginkan perhatian khusus dari pelatihnya.
-Janganlah mengkritik atau mencaci pelatih lain ataupun wasit, di hadapan anak
didik. Hal ini akan membingungkan anak dan menghambat
sportivitasnya.
-Hindari membuat latihan olahraga semata-mata sebagai kerja keras tanpa
kegembiraan. Jika anak gembira dalam latihan, maka kemungkinannya ia bertahan
dalam tim dan dalam olahraga tersebut akan lebih besar.

LATIHAN VISUALISASI UNTUK ANAK

Visualisasi atau imajeri dalam istilah psikologi olahraga merupakan suatu teknik membayangkan sesuatu di dalam pikiran yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk mencapai target, mengatasi masalah, meningkatkan kewaspadaan diri, mengembangkan kreativitas dan sebagai simulasi gerakan atau kejadian. Bagi seorang anak, aktivitas visualisasi sangat mudah mereka lakukan karena dalam kehidupan bermain anak sehari-hari, mereka seringkali melakukannya sebagai khayalan.

Sebelum melakukan latihan visualisasi, anak bisa diajak untuk melakukan relaksasi terlebih dahulu, dimana anak diminta berbaring dengan mata tertutup lalu mereka diminta menarik nafas panjang dan membuang nafas secara perlahan-lahan melalui mulut. Gerakan ini bisa juga diikuti dengan gerakan tangan supaya anak tidak lekas bosan. Setelah beberapa saat, latihan dilanjutkan dengan latihan visualisasi dimana anak diminta membayangkan suatu tempat atau suatu benda yang familiar dengan mereka, misalnya kamar tidur, binatang kesayangan, boneka atau apa saja. Lalu visualisasi dialihkan kedalam konteks olahraga, misalnya anak diminta membayangkan dirinya melakukan gerakan olahraganya. Sangatlah penting mereka membayangkan hal yang positif, gerakan yang benar, dan diakhiri dengan keberhasilan dan kepuasan.



REFERENSI

Day, J. (1994). Creative visualization with children: A practical guide.

contoh program latihan harian plyometrik untuk 2 bulan

MINGGU KE I
MINGGU
-. Jump in place
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Jump in place
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Jump in place
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
MINGGU KE II
MINGGU
-. Standing Jump and Reach
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Standing Jump and Reach
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Standing Jump and Reach
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
MINGGU KE III
MINGGU
-. Multiple Hop and Jump
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Multiple Hop and Jump
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Multiple Hop and Jump
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
MINGGU KE IV
MINGGU
-. Multiple Hop and Jump
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Standing Long Jump with Hurdle Hop
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Standing Long Jump with Hurdle Hop
-. Beban latihan 80%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
MINGGU KE V
MINGGU
-. Box drill Multiple box drill
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Box drill Multiple box drill
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Box drill Multiple box drill
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
MINGGU KE VI
MINGGU
-. Box drill Multiple box drill
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Depth Jumps
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Depth Jumps
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
MINGGU KE VII
MINGGU
-. Depth Jump to Prescribed Height
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Depth Jump to Prescribed Height
-. Beban latihan 85%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Squat Depth Jumps
-. Beban latihan 90%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
MINGGU KE VIII
MINGGU
-. Squat Depth Jumps
-. Beban latihan 90%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
SELASA
-. Catch and Pass With Jump and Reach
-. Beban latihan 90%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit
KAMIS
-. Catch and Pass With Jump and Reach
-. Beban latihan 90%
-. Set : 3 - 5
-. Repetisi : 7 - 8 kali
-. Recovery : 2 menit

program latihan di sesuaikan dengan tujuan pelatihan. dan kondisi atlet
referensi:
- Chu. 1998. Jumping Into Plyometrik second edition. United State of America :
Human Kinetic
- Sajoto. 1998. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta:
Depdikbud.

TEKNIK DASAR BOLA VOLI

Teknik dalam permainan bola voli ada 2 macam, yaitu :

1. Teknik Tanpa Bola.
a. Sikap Siap.
Berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki yang lain, kedua kaki terbuka selebar bahu, kedua lutut ditekuk sampai membentuk sudut 135º, kedua tangan ditekuk sedikit diletakkan rileks didepan tubuh, badan dicondongkan kedepan sampai tumit terangkat.
b. Pengambilan posisi yang tepat & benar.
c. Langkah kaki gerak kedepan, kebelakang, kesamping kiri & kesamping kanan.
d. Langkah kaki untuk awalan Smash dan awalan Block.
e. Bergulir kesamping & bergulir kebelakang.
f. Gerak meluncur.
g. Gerak tipuan

2. Teknik Dengan Bola
a. Service untuk menyajikan bola pertama.
1. Underhand Service
Pemain berdiri menghadap net , kaki kiri didepan kaki kanan, lengan kiri dijulurkan kedepan dan memegang bola (ini untuk pemain tangan kanan, bagi pemain tangan kiri sebaliknya).
Bola dilempar rendah keatas , berat badan bertumpu pada kaki sebelah belakang, lengan yang bebas digerakkan kebelakang dan diayunkan kedepan dan memukul bola. Sementara berat badan dipindahkan kekaki sebelah depan.
Bola dipukul dengan telapak tangan terbuka, pergelangan tangan kaku dan kuat. Gerakan terakhir adalah memindahkan kaki yang dibelakang kedepan.

Jenis² Underhand Service
a. Back Spin Underhand Serve : Bola berputar kebelakang.
b. Top Spin (Cutting) Underhand Serve: Bola berputar keatas.
c. Inside Spin Underhand Serve : Bola berputar kedalam.
d. Outside Spin Underhand Serve : Bola berputar keluar.


2. Overhead Service
Pemain berdiri dengan kaki kiri berada lebih kedepan dan kedua lutut agak ditekuk Tangan kiri dan kanan bersama² memegang bola, tangan kiri menyangga bola sedangkan yang kanan memegang bagian atas bola.
Bola dilambungkan dengan tangan kiri keatas sampai ketinggian ± 1m diatas kepala didepan bahu, dan telapak tangan kanan segera ditarik kebelakang atas kepala dengan telapak menghadap kedepan, berat badan dipindahkan kekaki sebelah belakang.
Setelah tangan berada dibelakang atas kepala dan bola berada sejangkauan tangan pemukul, maka bola segera dipukul dengan telapak tangan, lengan harus tetap lurus dan seluruh tubuh ikut bergerak.
Bola dipukul dan diarahkan dengan gerakan pergelangan tangan, berat badan dipindahkan kekaki sebelah depan. Gerakan lengan terus dilanjutkan sampai melewati paha yang lainnya.

Jenis² Overhead Service
a. Top Spin Overhead Serve : Bola berputar keatas.
b. Inside Spin Overhead Serve : Bola berputar kedalam.
c. Outside Spin Overhead Serve : Bola berputar keluar.
d. Drive Overhead Serve : Bola berputar keatas

3. Floating Service
a. Frontal Floating Service : Bola mengapung kekiri & kekanan.
Bola dipegang setinggi kepala, lengan hampir lurus. Lengan yang memukul ada dalam posisi lurus atau tertekuk sedikit, ditarik kebelakang sebelum melempar bola.
Bola dilempar rendah, bagian atas tubuh tidak bergerak, pergelangan tangan harus tetap kaku. Bagian tengah bola dipukul dengan bagian bawah telapak tangan atau dengan tangan digenggam. Bola dipukul disebelah depan tubuh pemain dan tidak ada gerakan lanjutan

b. Side Floating Service : Bola mengapung kearah vertical.
Pemain berdiri dengan kedua kaki menghadap sisi lapangan. Bola dipegang dengan lengan menjulur kira² setinggi kepala. Lengan pemukul diayun kebelakang agak kesisi. Berat badan ditempatkan dikaki belakang, dengan kedua lutut ditekuk sedikit.
Lengan diangkat dengan gerakan melingkar, bola dilempar rendah. Lengan dijulurkan dan bagian tengah badan bola dipukul dengan tangan tergenggam,


sewaktu bola itu melambung tinggi didepan tubuh pemain. Bagian tubuh berputar sedemikian rupa sampai menghadap net, berat badan dipindahkan kekaki sebelah depan.
Kontak dengan bola singkat sekali, lengan dan tangan yang digunakan memukul berhenti sebentar sesudah mengadakan kontak dengan bola, kemudian gerakan diteruskan sedemikian rupa sehingga lengan terayun kebawah melewati kaki yang satunya.

4. Jump Service
Jump Serve merupakan salah satu senjata ampuh untuk mengacaukan serangan kombinasi lawan, sebuah team memerlukan minimal 2 s/d 3 orang jump server yang dapat mengacaukan irama permainan lawan.
Keuntungan menggunakan jump serve adalah :
o Dapat menjatuhkan mental lawan
o Mempersulit lawan untuk membangun serangan
o Memudahkan blocker untuk melakukan bendungan
o Memudahkan kerja defender

Teknik Jump Serve :
o Awalan ±4 langkah, hal ini untuk mendapatkan power yang cukup.
o Lompat pada langkah ke 4 diluar garis belakang dan jatuh didalam lapangan.
o Lemparan tidak dari belakang tetapi dari samping badan agar dapat terlihat dan mudah mengontrol putaran bola kedepan.
o Ayunan tangan sama seperti melakukan Spike Bola Tinggi (Open Spike).
o Step ketiga baru bola dilempar keatas, setelah melakukan step sekali lagi, server meloncat dan memukul bola.
o Gerakan harus harmonis dan berkesinambungan dan konsisten seperti gerakan spike, tidak terpatah².

Cara Melatih
o Untuk control spike, latihan diberikan mulai 3m atau di garis serang, bola dilempar sendiri dan spike. Setelah menguasai pada jarak 3 m, kemudian mundur dan lakukan pada jarak 4m, lalu 5 m dan seterusnya. Hal ini dapat melatih akurasi pukulan.
o Latihan dapat digabung dengan receive, agar terbiasa dengan penerimaan jump serve.
o Pemain harus tahu bahwa jarak pukulan lurus dengan pukulan menyilang berbeda jaraknya ± 2m, sehingga gerakan lengan dan pergelangan tangan pada saat memukulpun harus berbeda.
o Kontak pukulan pada bola dari jarak 3m berbeda dengan kontak pada bola pada garis belakang, semakin kebelakang kontak makin dibawah bola.
o Pemukul tangan kanan sebaiknya melempar bola dengan tangan kanan.
o Latih pemain secara berpasangan untuk melempar bola tanpa awalan dan tanpa lompatan dari garis belakang dan jatuhnya bola harus pada posisi yang sama didalam lapangan.
o Konsentrasi dalam jump serve sangat diperlukan, berikan latihan dengan target 10 bola untuk setiap posisi dan lakukan 3 kali dalam 1 minggu.

b. Pass Bawah berguna untuk passing dan umpan.
o Pemain melakukan sikap siap.
o Kedua tangan rapat dan dijulurkan lurus kedepan, kedua lengan membuat sudut 45º dengan badan.
o Sikap tubuh semakin merendah dengan menurunkan sudut lutut dari 135º menjadi 45º.
o Tungkai mulai dijulurkan keatas agak kedepan, bola mengenai lengan bawah yang terjulur lurus. Tungkai dijulurkan sampai berjingkat dan tangan tidak boleh melewati bahu.
o Kembali kepada sikap siap.
Jenis² Pass Bawah
1. Pass Bawah dua Tangan
2. Pass Bawah Satu Tangan
3. Pass Bawah Bergulir Kesamping
4. Pass Bawah Setengah Bergulir Kebelakang
5. Pass Bawah Meluncur Kedepan
c. Pass atas berguna untuk passing dan umpan

Pada dasarnya pass atas adalah bola tangkap diatas, sentuhkan kekening dan lontarkan kembali keatas, tetapi karena proses gerakan tersebut dilakukan dengan sangat cepat, maka bola terlihat seperti dipantulkan.
o Pemain melakukan sikap siap.
o Badan dijulurkan keatas dengan meluruskan tungkai, bersamaan dengan menjulurkan kedua tangan keatas, sikap jari seperti hendak merangkum bola.
o Tungkai ditekuk kembali sampai lutut membuat sudut 135º, posisi lengan ditekuk didepan muka diatas kening dan bola disentuh oleh ujung jari² tangan.
o Tungkai dijulurkan kembali sampai berjingkat dan bola dilambungkan kedepan atas dengan jari dan bantuan lengan yang digerakkan sampai lurus keatas.
o Kembali kepada sikap siap.
Jenis² Pass Atas
1. Pass Atas Normal
2. Pass Atas Setengah Bergulir Kebelakang
3. Pass Atas Bergulir Kesamping
4. Pass Atas Meloncat

d. Umpan untuk menyajikan bola pada Smasher.

1. Umpan Kedepan
Pengumpan menempatkan posisi badan dibawah dan agak dibelakang arah gerak bola, kedua telapak tangan dan jari² membentuk bulatan ½ lingkaran telah siap didepan atas muka dahi.
Jenis² Umpan.
a. Umpan Normal/Open.
Bola segera diumpan keatas dengan kekuatan dorongan lengan, jari dan pergelangan tangan serta ayunan kaki. Usahakan bola parabol keatas net dengan ketinggian lebih dari 2m dari tepi atas net. Bola berada diantara smasher dan pengumpan sejajar net dengan jarak dari net ± 20cm – 50cm.
b. Umpan Semi.
Perkenaan bola tepat diatas dahi segaris dengan sumbu badan, dimana umpan dilakukan dengan gerak keatas depan, ketinggian bola diatas tepi net antara diatas 1m s/d 2m. Penentuan kualitas parabol dan jalannya bola tergantung kekuatan jari, pergelangan tangan dan lengan. Timing pemberian umpan semi dilakukan bila smasher telah kelihatan bergerak maju awalan dengan jarak ± 1m dari pengumpan.
c. Umpan Straight/Kamboja.
Parabol bola antara 0.5m s/d 1.5m dari tepi atas net. Dorongan bola lebih dominan dibandingkan dengan gerak keatas untuk parabol bola, Bola diatas net meluncur agak cepat dengan jarak 20cm – 50cm dari net, dimana akhir parabol bola terletak diatas garis samping lapangan. Begitu bola datang segera dipantulkan kedepan atas dengan cepat, setelah pengumpan melihat smasher telah berawalan merapat dengan net diluar garis samping lapngan. Timing pemberian umpan harus tepat, yaitu saat bola telah didepan atas dahi dan smasher telah siap mengambil awalan.


d. Umpan Quick.
Teknik umpan ini memerlukan ketinggian bola 50cm s/d 1m dari tepi atas net. Timing pemberian bola saat smasher telah melayang keatas didepan pengumpan siap untuk memukul bola, biasanya pasing bola datang, tunggu sebentar sampai smasher meloncat untuk menunggu bola diatas net. Gerakan utama dalam umpan pendek ini adalah kekuatan jari dan pergelangan pengumpan, perkenaan tangan terhadap bola sama dengan pelaksanaan umpan semi. Arah umpan parabol vertical disebut quick A, sedangkan parabol straight disebut quick B.
2. Umpan Kebelakang
Pengumpan menempatkan posisi badan dibawah bola, badan agak dicondongkan kebelakang sedikit. Gerak jari & pergelangan tangan lebih aktif, terutama ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, lengan segaris dengan kecondongan badan bagian atas saat pelaksanaan umpan. Pandangan kebelakang sedikit untuk melihat jalannya bola kearah belakang. Jenis umpan kebelakang sama dengan umpan kedepan.
e. Smash untuk serangan guna mematikan lawan.
Proses melakukan smash dapat dibagi menjadi : Awalan, Tolakan, Meloncat, Memukul Bola dan Mendarat
o Awalan
Berdiri dengan salah satu kaki dibelakang sesuai dengan kebiasaan individu (tergantung smasher normal atau smasher kidal). Langkahkan kaki satu langkah kedepan (pemain yang baik, dapat mengambil ancang² sebanyak 2 sampai 4 langkah), kedua lengan mulai bergerak kebelakang, berat badan berangsur² merendah untuk membantu tolakan.

o Tolakan
Langkahkan kaki selanjutnya, hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu kaki agak kedepan sedikit untuk mengerem gerak kedepan dan sebagai persiapan meloncat kearah vertical. Ayunkan kedua lengan kebelakang atas sebatas kemampuan, kaki ditekuk sehingga lutut membuat sudut ±110º, badan siap untuk meloncat dengan berat badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang didepan.
o Meloncat
Mulailah meloncat dengan tumit & jari kaki menghentak lantai dan mengayunkan kedua lengan kedepan atas saat kedua kaki mendorong naik keatas. Telapak kaki, pergelangan tangan, pinggul dan batang tubuh digerakkan serasi merupakan rangkaian gerak yang sempurna. Gerakan eksplosif dan loncatan vertikal.
o Memukul Bola
Jarak bola didepan atas sejangkauan lengan pemukul, segera lecutkan lengan kebelakang kepala dan dengan cepat lecutkan kedepan sejangkauan lengan terpanjang dan tertinggi terhadap bola. Pukul bola secepat dan setinggi mungkin, perkenaan bola dengan telapak tangan tepat diatas tengah bola bagian atas.
Pergelangan tangan aktif menghentak kedepan dengan telapak tangan & jari menutup bola. Setelah perkenaan bola lengan pemukul membuat gerakan lanjutan kearah garis tengah badan dengan diikuti gerak tubuh membungkuk. Gerak lecutan lengan, telapak tangan, badan, tangan yang tidak memukul dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada diudara. Pukulan yang benar akan menghasilkan bola keras & cepat turun kelantai.
o Mendarat
Mendarat dengan kedua kaki mengeper. Lutut lentur saat mendarat untuk meredam perkenaan kaki dengan lantai, mendarat dengan jari² kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong kedepan. Usahakan tempat mendarat kedua kaki hampir sama dengan tempat saat meloncat.

Jenis² Smash.
1. Open
Pemukul melakukan gerak awalan setelah bola lepas dari tangan pengumpan, bola dipukul dipuncak loncatan dan jangkauan lengan yang tertinggi.
2. Semi
Setelah bola lepas dipasing kearah pengumpan, pemukul harus mulai bergerak perlahan kedepan dengan langkah tetap menuju kearah pengumpan. Begitu pengumpan menyajikan bola dengan ketinggian 1m ditepi atas net maka secepatnya pemukul meloncat keatas dan memukul bola. Disini kecepatan gerak harus lebih cepat dari pada smash dengan bola Open
3. Quick
Begitu melihat bola pasing ke pengumpan, maka pemukul melakukan awalan secepat mungkin, dengan langkah yang panjang. Timing meloncat sebelum bola diumpan dengan jarak satu jangkauan lengan pemukul dengan bola yang akan diumpan. Pemukul melayang dengan tangan siap memukul, pengumpan menyajikan bola tepat didepan tangan pemukul. Lakukan pukulan dengan secepat²nya, gerakan pergelangan tangan yang cepat sangat baik hasilnya. Loncatan smasher vertikal, jagalah keseimbangan badan pada saat melayang.
4. Straight
Smasher sebelum melakukan gerakan awalan, terlebih dahulu bergerak kearah luar lapangan mendekati tiang net, smasher melakukan awalan bergerak arah paralel dengan jaring. Begitu bola sampai dibatas tepi jaring dengan ketinggian optimal bola, segeralah melompat dan langsung memukul secepatnya. Proses menjalankan teknik ini lebih cepat dibandingkan smash dengan bola semi.
5. Drive
Smash ini biasanya digunakan oleh pemain untuk bola jauh dari net, saat meloncat smasher agak dekat dibawah bola, berbeda dengan saat meloncat pada smash normal. Bola yang akan di smash terletak diatas kanan bahu lengan pemukul.
Gerak lecutan tangan dari depan atas badan diputarkan kearah yang berlawanan dengan arah jarum jam, telapak tangan membentuk cekungan seperti sendok. Cambukan keras, perkenaan bola dibagian belakang kearah bagian muka dengan telapak tangan, aktifkan gerakan pergelangan tangan . Gerakan cambukan harus dibantu oleh otot² perut, samping dan bahu. Akibat cambukan kurve jalan bola akan panjang dan putaran bola menjauhi net, bola bergerak dengan cepat dan tajam.
6. Dummy
Pemain melakukan gerakan sama dengan pada waktu hendak melakukan smash, tetapi pada waktu kontak dengan bola, bola tidak dipukul melainkan disentuh saja dengan jari tangan. Lengan pemukul tetap bergerak dan dengan gerakan jari pemukul mengarahkan bola ketempat yang tidak terjaga ditempat lawan. Bola dapat dilambungkan pendek atau panjang tergantung pada situasi.
7. Bola 3 meter
Smash ini adalah serangan yang dilakukan dari belakang garis serang, pemukul yang berfungsi sebagai pemain belakang pada saat tolakan tidak boleh menginjak atau melewati garis serang, tetapi pada saat mendarat boleh saja jatuh didalam garis serang.
8. Kijang
Biasanya umpan bola back, pemukul melakukan langkah panjang dan naik dengan tolakan loncatan menggunakan satu kaki, pemukul tangan kanan menolak dengan kaki kiri.
9. Double Step
Smash dengan menggunakan gerak tipu, disini pemukul melakukan dua kali gerakan untuk melakukan tolakan meloncat. Tolakan pertama hanya berupa tipuan untuk mengecoh block, baru pada tolakan kedua pemukul meloncat dan melakukan serangan.
10. Step L
Smash ini hampir sama dengan smash normal, tetapi gerakan awalan berbeda. Pemukul melangkah kedepan, kemudian melakukan langkah kesamping sebelum tolakan, baru kemudian melompat naik untuk melakukan serangan.


f. Block bermanfaat untuk pertahanan di net.
Untuk melakukan block yang baik, pemain harus dapat memperkirakan jatuhnya bola, atau dapat meramalkan kemana kira² lawan akan memukul bola.
Proses melakukan bendungan dapat dibagi menjadi : Awalan, Melompat, Kontak dengan Bola & Mendarat.
Pemain berdiri dengan kedua kaki sejajar dan kaki ditekuk sedikit, kedua tangan didepan dada, telapak kedua tangan menghadap net dan jari² dikembangkan lebar². Sebagai awalan lutut ditekuk lebih dalam, posisi badan sedikit condong kedepan kemudian diteruskan dengan tolakan keatas dengan kedua kaki secara eksplosif serta mengayunkan kedua lengan lurus keatas secara bersamaan dan jari membuka agar kedua tangan merupakan suatu bidang yang luas.
Pada saat melayang diudara dan ketika bola dipukul oleh lawan, segeralah tangan dihadapkan kearah datangnya bola dan berusaha menguasai bola itu. Pada saat perkenaan tangan dengan bola, pergelangan tangan digerakkan secara aktif agar tangan dapat menekan bola dari arah atas depan kebawah secara tepat. Jari² kedua tangan pada saat perkenaan ditegangkan agar tangan dan jari cukup kuat untuk menerima tekanan bola yang keras. Saat perkenaan yang baik adalah saat sebelum bola dipukul, tangan blocker sudah benar² dapat mengurung bola tersebut.
Setelah kontak dengan bola pemain mendarat kembali dengan tumpuan kedua kaki dan lentur.

Jenis² Block
1. Block Bola Open
Blocker bergerak mendekati lawan yang akan melakukan spike, posisi tangan berada didepan dada. Blocker melompat setelah spiker lawan melakukan lompatan, sebelum melompat posisi badan direndahkan dengan menekuk lutut sehingga membentuk sudut ± 100º, kemudian blocker melompat setinggi mungkin dengan arah lompatan vertical.
2. Block Bola Semi
Blocker bergerak mendekati lawan yang akan melakukan spike, posisi kedua tangan dinaikkan berada diatas depan kepala. Blocker tetap melompat setelah spiker lawan melakukan lompatan, sebelum melompat posisi badan direndahkan dengan menekuk lutut sehingga membentuk sudut ± 110º, kemudian blocker melompat setinggi mungkin dengan arah lompatan vertical.
3. Block Bola Quick
Blocker bergerak mendekati lawan yang akan melakukan spike, posisi kedua tangan diluruskan. Blocker melompat bersamaan dengan spiker lawan, sebelum melompat posisi badan direndahkan dengan menekuk lutut tidak terlalu dalam (sudut lutut ± 135º), kemudian blocker melompat setinggi mungkin dengan arah lompatan vertical.
Yang perlu mendapat perhatian dari seorang blocker adalah :
o Perhatikan gaya pasing receiver lawan, kemana bola itu diarahkan
o Perhatikan terus jalannya bola dan perhatikan pula gaya pengumpan lawan terutama mata dan gerakaannya, jangan bergerak sebelum bola lepas dari tangan pengumpan..
o Lihat body language spiker lawan, kearah mana spiker itu bergerak.
o Posisi tangan atau jari waktu bergerak tidak boleh berada dibawah pinggang, agar gerak tangan cepat mencapai titik block.
o Side step (Block 2 step) dilakukan untuk block jarak dekat, sedangkan Cross step (Block 3 step) digunakan untuk block jarak yang cukup jauh.
o Blocker harus dilatih dengan melompat beberapa kali disatu tempat, agar mempunyai reaksi yang baik, bergerak secara cepat dan pandai membaca gerak

Jurnal Bolavoli

ABSTRAK

Voli telah menjadi salah satu peserta memainkan olahraga yang paling luas di dunia. Partisipasi memerlukan keahlian dalam keterampilan fisik banyak dan kinerja seringkali tergantung pada kemampuan individu untuk melompat dan tanah. Kejadian cedera dalam bola voli adalah sama dengan tarif dilaporkan untuk olahraga yang dianggap menghubungi olahraga fisik yang lebih. Meskipun sumber yang paling umum cedera dalam bola voli adalah urutan pendaratan melompat, ada sedikit penelitian mengenai prevalensi melompat dan mendarat teknik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah lompatan yang dilakukan oleh pemain voli wanita di pertandingan kompetitif dan untuk menentukan frekuensi relatif dari teknik melompat-arahan yang berbeda. Rekaman Video rekaman dua pertandingan antara empat tim voli dianalisis dalam penelitian ini. Setiap kegiatan dikategorikan berdasarkan jenis melompat (spike menyinggung atau blok defensif) dan fase (melompat atau arahan). Tahap ini subcategorized oleh pola menggunakan kaki (kanan, kiri, atau keduanya). Setiap pemain rata-rata hampir 22 melompat-pendaratan per game. pola penggunaan Kaki terjadi dalam jumlah yang tidak sama (p <0,001) dengan lebih dari 50% dari pendaratan defensif yang terjadi pada satu kaki. Pelatih, pendidik fisik, dan rekreasi penyedia dapat memanfaatkan temuan-temuan dari penyelidikan ini untuk membantu mencegah cedera di voli.

KATA KUNCI: cedera lutut, melompat teknik, perempuan, lompatan, frekuensi


























PENDAHULUAN

Olahraga bola voli terus meningkatkan partisipasi sejak awal lebih dari seratus tahun yang lalu. Voli telah menjadi salah satu peserta memainkan olahraga yang paling luas di dunia dengan lebih dari 200 juta pemain (Aagaard et al,. 1997 ; Briner dan Kacmar, 1997 .) Jumlah peserta saingan jumlah peserta sepak bola (250 juta) yang dilaporkan oleh Federation Internationale de Football Association (Dvorak et al,. 2000 ). indikasi lain daya tarik di seluruh dunia segala bentuk voli adalah dimasukkannya voli pantai sebagai olahraga Olimpiade pada tahun 1996. alasan Potensi popularitas bola voli adalah bahwa olahraga memerlukan minimal peralatan dan individu dapat berpartisipasi sepanjang hidup mereka di berbagai tingkat keahlian.'s atletik Wanita adalah salah satu segmen dari masyarakat olahraga yang telah melihat dukungan khusus untuk voli.

Universitas dan perguruan tinggi di Amerika Serikat saat ini sponsor perempuan voli 972 tim (National Collegiate Athletic Association, 2002 ). Voli memiliki tingkat partisipasi tertinggi ketiga di antara gadis-gadis SMA di Amerika Serikat membual 400.000 peserta mengambil bagian setiap tahun (Nasional Federasi Asosiasi Sekolah Tinggi Negara, 2002 ). Bunga meningkat pada voli telah disertai dengan berkembangnya kekhawatiran di kedokteran olahraga masyarakat mengenai kejadian luka (Schafle, 1993 ),. Anehnya kejadian cedera akut (keseleo ligamen misalnya) di bola voli mirip dengan tarif dilaporkan untuk olahraga yang dianggap menghubungi olahraga fisik yang lebih. Bahkan, kejadian cedera dalam bola voli hampir setara dengan yang diamati di hoki es dan sepak bola (Aagaard et al,. 1997 ). Risiko yang melekat untuk cedera dalam bola voli adalah hasil dari dinamis dan balistik sifat dan fakta bahwa voli berduri mungkin berjalan pada kecepatan setinggi 145 km • h -1 (90 mph) (Briner dan Kacmar, 1997 ) partisipasi Sukses. dalam olahraga ini membutuhkan keahlian dalam keterampilan fisik banyak dan kinerja seringkali tergantung pada kemampuan individu untuk mendorong diri mereka sendiri ke udara selama kedua dan defensif manuver ofensif. Gerakan-gerakan ini termasuk melompat melayani, spike, dan blok. Selama pelaksanaan melompat melayani atau spike, pemain melompat tinggi ke udara dan serangan bola pada titik tertinggi melompat mereka dalam upaya untuk menggerakkan bola dengan cepat ke arah sisi lawan yang bersih. Membela diri, pemain barisan depan membela terhadap lonjakan dengan melompat ke udara dengan tangan mereka terangkat dalam upaya untuk menghalangi serangan ofensif. Tidak seperti melompat ofensif, defensif melompat tidak maksimal upaya melompat vertikal. perempuan pemain Elite diperintahkan untuk melompat ke ketinggian yang akan membuat kepala mereka di bawah tingkat atas bersih. Dasar pemikiran untuk strategi ini adalah dua kali lipat. Pertama, penurunan ketinggian melompat vertikal lebih pendek jumlah waktu seorang pembela menghabiskan di udara dan memberikan waktu tambahan dalam kontak dengan tanah untuk manuver. Kedua, melompat ketinggian yang lebih rendah digunakan membela diri memberikan perlindungan untuk wajah dan kepala para pemain.

Penting untuk mempertimbangkan bahwa paku dan blok tidak melompat saja, tetapi melompat-urutan pendaratan. Secara khusus, fase pendaratan membutuhkan disipasi energi kinetik yang dihasilkan selama lompat. mekanika Newton menentukan bahwa kenaikan tinggi melompat (paling lazim dalam pemain bola voli elite) harus disertai dengan peningkatan proporsional dalam energi kinetik yang harus benar diserap untuk menghindari cedera (Dufek dan Zhang, 1996 ). pendaratan ini sering mengakibatkan penciptaan reaksi pasukan darat di urutan lima kali berat badan (Adrian dan Laughlin, 1983 ). Pengaruh merusak kekuatan ini mungkin diperparah ketika mempertimbangkan bahwa seorang pemain barisan depan bisa melompat dan tanah berkali-kali selama pertandingan regulasi.

Mekanisme dan frekuensi cedera dalam bola voli yang menarik dan terdokumentasi dengan baik. The-pendaratan urutan melompat merupakan sumber yang paling umum cedera pada bola voli (Briner dan Kacmar, 1997 ),. Bahkan blocking dan spiking dihubungkan dengan lebih dari 70% dari cedera voli (Watkins dan Green, 1992 ). Lebih khusus, pendaratan teknik yang digunakan dalam bola voli potensial dapat dihubungkan dengan ekstremitas penyerapan energi yang lebih rendah dan kemungkinan cedera (Dufek dan Zhang, 1996 ) dan. Stacoff kolega, ( 1988 ) menemukan dampak gaya vertikal awal kira-kira 1 sampai 2 BW di touchdown kaki depan untuk laki-laki melakukan blok. menghubungi Heel menghasilkan kekuatan puncak kedua berkisar antara 1 BW untuk 7BW. Para penulis mengamati bahwa tinggi kenaikan ini adalah kurang penting daripada sudut lutut dalam memperkirakan besarnya gaya dengan ekstensi lutut meningkat menghasilkan kekuatan lebih selama pendaratan. Dengan demikian, teknik memainkan peran penting selama mendarat di voli.

dan gerakan mendarat Jumping fitur fundamental dari kegiatan olahraga dan telah mendapat perhatian penelitian yang cukup besar. Penelitian sebelumnya saat mendarat telah berkonsentrasi pada implikasi dampak dan beban yang dihasilkan ditempatkan pada tubuh serta potensi cedera berbagai situasi pendaratan. Sebagai contoh, Kovacs dan rekan, ( 1997 ) menunjukkan bahwa teknik pendaratan yang digunakan oleh individu (kaki depan vs tumit-toe arahan) memiliki implikasi signifikan mengenai pasukan dikirimkan ke tubuh dan kemampuan tubuh untuk mengusir kekuatan-kekuatan. Oleh karena itu, dan arahan teknik melompat digunakan oleh pemain bola voli dapat mempengaruhi kemungkinan mereka cedera selama urutan pendaratan melompat. Ferretti et al., ( 1992 ) hipotesis bahwa tingginya jumlah melompat dan kemungkinan kehilangan keseimbangan karena penyimpangan dalam melompat teknik adalah penyebab utama dari cedera selama voli (Ferretti et al., 1992 ) luas. Sebagian besar (90% ) cedera voli terjadi pada tungkai bawah dengan lutut sendi yang sangat rentan (Gerberich et al,. 1987 ) cedera lutut. ini sangat penting karena mereka berhubungan dengan waktu kehilangan lebih dari partisipasi olahraga daripada situs cedera lain (Solgård et al ,. 1995 ).

Meskipun diketahui bahwa cedera lutut adalah masalah umum di voli dan teknik yang mempengaruhi besarnya kekuatan diteruskan ke tungkai bawah selama pendaratan, ada sedikit penelitian mengenai prevalensi melompat dan mendarat teknik dalam bola voli wanita elit. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah melompat dilakukan oleh elit pemain voli wanita dalam pertandingan kompetitif dan untuk menentukan frekuensi relatif dari teknik melompat yang berbeda. Tujuan sekunder dari penelitian ini adalah untuk membahas implikasi bagi para profesional pendidikan jasmani, pelatih, dan peneliti.



METODE

Rekaman Video rekaman dua pertandingan antara empat Divisi NCAA tim wanita voli IA dianalisis dalam penelitian ini. Keempat tim dianggap elit (di peringkat 25 teratas di Amerika Serikat) pada saat pertandingan itu dimainkan (musim gugur 2000). Setiap pertandingan berlangsung empat pertandingan. Tim yang paling dekat dengan kamera video dipelajari selama setiap pertandingan,. Dengan demikian dua game dari setiap pertandingan dianalisis setiap tim karena tim beralih sisi setelah setiap pertandingan. Permainan yang dimainkan di lapangan keras dengan konvensional enam tim pemain. pemain baris Front melakukan mayoritas melompat voli dan pendaratan. Dengan demikian, pemain barisan depan menjadi fokus utama dari penelitian ini. Namun, paku menyinggung yang dieksekusi dari belakang juga dimasukkan dalam analisis.

Setiap video diputar secara manual (bingkai demi bingkai) untuk mengamati secara akurat beberapa aspek kegiatan melompat. Setiap kegiatan dikategorikan berdasarkan jenis melompat (ofensif atau defensif) dan fase (melompat atau arahan). Serangan melompat terutama paku dan melompat defensif sebagian besar blok, tapi barisan depan melompat lain (dirancang untuk menipu lawan) terjadi dan termasuk dalam proses pengkodean. Kegiatan ini dipilih karena mereka yang paling mungkin mengakibatkan cedera. Tahap selanjutnya subcategorized dengan pola menggunakan kaki (kaki kanan, kaki kiri, atau kedua kaki). Setiap faktor mencetak secara kategoris (kaki kanan = 1, kaki kiri = 2, kedua kaki = 3). Melompat dikategorikan sebagai 'kedua kaki' jika kanan dan kaki kiri datang dari tanah secara bersamaan. Jika salah satu kaki kiri tanah satu frame (33ms) depan yang lain kemudian melompat itu skor unilateral (kanan atau kiri). Sebuah konvensi mirip digunakan untuk pendaratan kode. Pendaratan dikategorikan sebagai 'kedua kaki' jika kanan dan kaki kiri dihubungi tanah dalam bingkai video yang sama. Karena sifat kategoris data, teknik nonparametrik (chi-square) dipilih sebagai alat analisis. Lebih khusus lagi, chi-square ini dirancang untuk mengevaluasi apakah jumlah kasus di masing-masing kategori berbeda dari apa yang diharapkan atas dasar kesempatan (Thomas dan Nelson, 1990 ). Empat analisis chi-square dilakukan untuk menentukan apakah kaki menggunakan pola (kanan, kiri, atau keduanya) bervariasi menurut tipe melompat (ofensif atau defensif) dan fase (melompat atau arahan) ( = 0,05),. Karena menggunakan kaki tiga pola itu mungkin, diasumsikan bahwa 33% dari melompat setiap jenis dan fase akan terjadi dengan hak kaki 33% untuk kiri, dan 33% untuk kedua kaki.












HASIL

Selama pertandingan permainan, empat, 1087 (484 ofensif dan defensif 603) melompat dan pendaratan berikutnya dievaluasi. Dua puluh lima barisan depan pemain yang berbeda melakukan kegiatan melompat. Rata-rata, masing-masing pemain belajar mati hampir 45 melompat dan selanjutnya pendaratan untuk dua pertandingan dianalisis. Jumlah maksimum pendaratan-urutan melompat diamati selama periode permainan dua adalah 73.

Frekuensi relatif dari pola penggunaan kaki terjadi dalam jumlah yang tidak setara selama melompat ofensif dan pendaratan. Mayoritas (408) dari melompat ofensif dilakukan dengan menggunakan kedua kaki ( 2 (2) = 576,1, p <0,001). Enam puluh tujuh melompat ofensif dilakukan dengan kaki kiri dan sembilan sisanya dilakukan dengan benar. Demikian pula, ofensif pendaratan sebagian besar (269) dilakukan secara bilateral dengan kedua kaki melakukan kontak dengan tanah secara bersamaan ( 2 (2) = 153,2, p <0,001). Dari pendaratan sepihak, sekitar 35% (168) yang terlibat kaki kiri pendaratan pertama sedangkan 10% (47) digunakan pertama teknik kaki kanan. Lihat Gambar 1 .

pola penggunaan Kaki juga didistribusikan merata untuk melompat defensif dan pendaratan. Kedua kaki digunakan untuk mendorong para pemain ke udara di lebih dari 99% (597) dari melompat defensif ( 2 (2) = 1170,3, p <0,001). Hanya empat melompat defensif dilakukan dengan menggunakan kaki kiri dan dua dengan kanan. Demikian juga ketika mendarat dari lompatan defensif, pola dua kaki bilateral adalah yang paling umum (342) diikuti dengan pendaratan kaki kanan (163) dan kiri pendaratan kaki (98) ( 2 (2) = 158,9, p <0,001). Hasil muncul di Figure2 .






















DISKUSI

Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi dan arahan teknik melompat digunakan oleh ahli pemain voli wanita. Secara khusus, jumlah melompat dilakukan oleh elit pemain voli wanita dalam pertandingan kompetitif adalah terukur dan frekuensi relatif dari teknik melompat yang berbeda ditentukan. Kombinasi dari pendaratan-strategi melompat terjadi dalam jumlah yang tidak proporsional.

Hampir semua dan defensif melompat ofensif yang dilakukan oleh elit pemain bola voli wanita dijalankan menggunakan kedua kaki. Melompat dengan kedua kaki affords atlet dan stabil lebar dasar dukungan untuk produksi kekuatan dan lompatan vertikal kinerja maksimal. Oleh karena itu, sangat sedikit cedera terjadi selama tahap melompat blok atau paku. Sebaliknya, hampir separuh dari seluruh pendaratan di perempuan voli elit memanfaatkan teknik pendaratan sepihak. Kecenderungan ini dapat diamati sangat penting bila kita menganggap bahwa mekanisme yang paling sering dari cedera lutut di bola voli mendarat sepihak dari melompat (Kovacs et al,. 1997 ). yang tinggi relatif dari pendaratan sepihak dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan dan selanjutnya cedera. Schafle, ( 1993 ) menyatakan bahwa pendaratan sepihak sesekali meningkatkan kemungkinan kekacauan ligamen lutut. Mekanis berbicara, pendaratan ini sepihak membahayakan dahan pendaratan karena dahan tunggal harus menghilangkan energi yang diciptakan oleh dua anggota tubuh selama fase melompat. Sebagaimana ditunjukkan dalam igure F 3 , situasi ini dapat menyebabkan resiko tinggi alignment tungkai bawah disebut sebagai "Posisi of no return" (Irlandia, 1999 ):. berbahaya ini orientasi saat mendarat ditandai dengan mengikuti sifat ke depan tertekuk dan diputar kembali, pinggul adduksi dan internal rotasi, fleksi lutut dan positioning valgus, rotasi tibial eksternal, dan kekurangan kontrol dari kaki yang berlawanan. Dalam posisi ini, otot-otot yang biasanya akan membantu atlet tetap tegak tidak dapat berfungsi dengan baik karena mereka bekerja di sebuah kerugian mekanis, yang mengarah pada kecenderungan yang lebih besar untuk cedera (Irlandia, 1999 ).

Menariknya, mayoritas pendaratan sepihak akibat melompat ofensif berlangsung dengan kaki kiri dan mayoritas pendaratan sepihak akibat melompat defensif yang dilakukan dengan kaki kanan. Hasil ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa mayoritas penduduk (pemain bola voli termasuk) adalah tangan kanan. Sebagai contoh, ketika tangan kanan lonjakan pemain bola, tujuan mereka adalah untuk mencapai setinggi mungkin dengan tangan kanan untuk memukul bola ke bawah. Akibatnya, batang tersebut tertekuk ke kiri. Hal ini menimbulkan fleksi lateral sisi kanan tubuh dan dapat mengakibatkan kontak pertama kaki kiri setelah pendaratan. Tingginya jumlah relatif dari kontak pertama kaki kanan oleh pemain defensif bisa dalam menanggapi membela spikers tangan kanan. Wenangan dan aktivitas swing arm tidak dicatat untuk studi ini, tetapi harus ditangani dalam penelitian masa depan.

Mencegah cedera sulit dalam bola voli karena pada dasarnya merupakan olahraga berisiko relatif tinggi terhadap sendi lutut. Penguatan seluruh tungkai bawah adalah intervensi kemungkinan yang akan memungkinkan jumper untuk menghilangkan energi dari pendaratan melalui otot-otot, bukan tulang dan ligamen (Schafle, 1993 ). Strategi lain yang diusulkan oleh Briner pencegahan dan Kacmar, ( 1997 ) adalah bahwa atlet harus diberitahukan tentang pentingnya teknik pendaratan dan pentingnya mendarat dengan menekuk lutut sedikit tertekuk dan kaki plantar. Ini posisi di kontak akan memberikan berbagai macam gerak untuk sendi ekstremitas bawah untuk memanfaatkan untuk mengusir pasukan darat reaksi. Hal ini bertepatan dengan karya Zhang et al., ( 2000 ) yang melaporkan bahwa lutut ekstensor dan fleksor plantar sendi berfungsi sebagai dissipaters energi primer saat mendarat.

pelatihan fisik (relatif terhadap kekuatan dan teknik) mungkin yang praktis dan efektif modalitas yang paling untuk mencegah cedera yang berkaitan dengan arahan dari melompat. Efek positif dari pelatihan telah dilaporkan oleh Hewett dan rekan, ( 1996 ). Dalam studi mereka, atlet perempuan berpartisipasi dalam pelatihan melompat ptiometrik selama 6 minggu. Setelah pelatihan, pasukan arahan maksimum selama blok berkurang sebesar 22%. Selain itu, adduksi dan penculikan saat mengalami penurunan sebesar 50%. Perbaikan ini bisa mencegah atlet dari mencapai "posisi yang tidak kembali" dan kemudian menurunkan kejadian cedera pada populasi ini. Menariknya, tidak ada perubahan dalam kinerja lompatan vertikal terdeteksi setelah pelatihan. Dengan demikian, tampak bahwa pelatihan dapat meningkatkan mekanik mendarat tanpa mengurangi kinerja. Mengenai teknik, atlet yang secara teratur melakukan pendaratan dan yang terkena dampak kekuatan-kekuatan besar bersamaan harus berkonsentrasi pada melakukan pendaratan menggunakan-tumit kontak pola lengkungan lutut kaki dengan lebih besar bila memungkinkan dan kapanpun praktis (Dufek dan Bates, 1990 ). Meskipun teknik ini memerlukan kekuatan otot yang lebih besar, mungkin lebih menguntungkan dibandingkan dengan pencegahan cedera. Namun, hal ini bisa menghadirkan kesulitan strategis karena mendarat dengan menekuk lutut lebih dapat mencegah pemain dari melaksanakan gerakan berikutnya secara tepat waktu. Para peneliti, dokter, terapis, pelatih, pelatih, dan atlet harus fokus pada faktor-faktor yang dapat dikontrol dalam upaya untuk mengurangi cedera di voli. Yang menjanjikan kemungkinan yang paling tampaknya meningkatkan kekuatan, memperbaiki AC, dan memodifikasi pendaratan-teknik melompat.




















KESIMPULAN


Hasil studi ini dapat memberikan praktisi dengan beberapa implikasi penting dalam hal untuk voli teknik pendaratan. Namun, data yang dikumpulkan di sini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Meskipun aturan dasar dan strategi kompetisi bola voli tidak sangat bervariasi, pemain pria, kembali pemain baris, keahlian individu yang lebih kecil, atau mereka yang bermain di bawah kondisi yang berbeda (misalnya voli pasir atau tim dengan pemain lebih sedikit) dapat memanfaatkan melompat yang berbeda dan teknik pendaratan. penelitian di masa mendatang harus fokus pada populasi yang berbeda dan kondisi bermain. Meskipun keterbatasan ini, pelatih, pendidik fisik, dan penyedia rekreasi dapat memanfaatkan temuan-temuan dari penyelidikan ini untuk mencegah kemungkinan cedera pada atlet, mahasiswa, atau mereka yang berpartisipasi dalam bola voli untuk tujuan rekreasi. rutinitas latihan Merancang dan urutan yang mengajarkan atlet untuk tanah bilateral tampak sangat penting bagi para profesional pembinaan voli. Pelatih yang menempatkan penekanan pada mendarat dengan baik di kontes intrasquad dan permainan kemungkinan akan mengurangi timbulnya cedera atau stres bersama. Hasil ini dapat memberikan pendidik fisik dengan urutan pengajaran yang tepat dan isyarat ketika mengajar unit voli. Temuan ini juga penting untuk fisik sekolah pendidik SD karena teknik pengajaran arahan yang tepat sebagai keterampilan dasar keterampilan memfasilitasi pelaksanaan yang tepat oleh anak-anak mereka berkembang. Hasil penelitian ini mungkin sangat berguna untuk penyedia rekreasi karena bola voli adalah salah satu olahraga rekreasi bermain yang paling di seluruh dunia. Akhirnya, pelatihan, pengajaran, dan praktisi rekreasi yang memanfaatkan temuan penyelidikan ini dapat membantu mengurangi timbulnya cedera ekstremitas bawah di voli peserta.






















POIN KUNCI

Kejadian cedera dalam bola voli hampir setara dengan tingkat cedera dilaporkan untuk hoki es dan sepak bola.
Kebanyakan cedera dalam voli terjadi selama urutan pendaratan melompat, tetapi hanya ada sedikit data tentang teknik pendaratan melompat untuk pemain wanita elit.
Data kami menunjukkan bahwa sebagian besar melompat menggunakan dua kaki, tetapi kira-kira setengah dari pendaratan terjadi dengan hanya satu kaki.
Pelatih, pendidik fisik, dan rekreasi penyedia dapat memanfaatkan temuan-temuan dari penyelidikan ini untuk mencegah kemungkinan cedera pada atlet, mahasiswa, atau mereka yang berpartisipasi dalam bola voli untuk tujuan rekreasi.

Selasa, 04 Januari 2011

perbedaan pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga

PENDIDIKAN JASMANI

A. Sejarah Istilah Pendidikan Jasmani

Sejarah istilah pendidikan jasmani di Amerika Serikat berawal dari istilah gymnastics, hygiene, dan physical culture Siedentop (1972). Di tanah air, istilah pendidikan jasmani berawal dari istilah gerak badan atau aktivitas jasmani. Dalam perjalanan sejarah juga pernah mengalami istilah pendidikan olahraga, pendidikan jasmani kesehatan rekreasi, pendidikan jasmani kesehatan, sebelum kembali pada istilah pendidikan jasmani sekarang ini. Perjalanan ini menunjukkan ketidak-konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani yang diemban di tanah air, terombang-ambing pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi yang diyakini masyarakat. Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal istilah matapelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, tetapi seolah sepakat semua orang menyebutnya sebagai matapelajaran olahraga. Bahkan diantara para guru-nya pun lebih senang dipanggil sebagai guru olahraga daripada guru pendidikan jasmani. Inilah bukti ketidak-konsistenan arah dan tujuan pendidikan jasmani di tanah air.
Istilah gymnastics yang pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun 1800-an, yang merujuk pada aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di gymnasium. Istilah ini juga populer di negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai bagian fase perkembangan program pendidikan jasmani. Pada saat ini, karena terjadi penciutan makna, berubah menjadi lebih spesifik, seperti: olympic gymnastics atau corrective gymnastics.
Hygiene, suatu istilah populer lainnya pada tahun 1800-an, yang mengacu pada pengetahuan untuk mengantarkan orang menjadi sehat. Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900-an meski menjadi istilah health education. Pada saat kemunculan itu para pemimpin di bidang pendidikan jasmani memusatkan diri dan mengembangkan diri untuk bias mengantarkan para siswanya sehat.
Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah physical culture. Pada sekitar tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema pelatihan jasmani, yang lebih mengarah pada program latihan kondisi fisik. Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada program militer mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai jika diselenggarakan dalam program pendidikan jasmani di sekolah.

Merumuskan pengertian pendidikan jasmani harus mempertimbangkan dalam hubungan-nya dengan bermain (play) dan olahraga (sport). Berbagai studi di negara maju telah menelusuri dan mengembangkan konsep bermain dan implikasinya bagi kesejahteraan-total manusia. Demikian juga dengan studi tentang pendidikan jasmani dan olahraga, tetapi sesungguhnya ketiga istilah itu memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Bermain adalah aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, keriangan, atau kebahagiaan. Dalam budaya Amerika bermain adalah aktivitas jasmani non-kompetetif, meskipun bermain tidak harus berbentuk aktivitas jasmani. Bermain, seyogyanya bukanlah pendidikan jasmani atau olahraga. Tetapi sayang, kegiatan aktivitas jasmani anak-anak di masa lalu,

B. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional
C. Tujuan Pendidikan Jasmani
a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis
f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan
g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
a. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya
b. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
c. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
d. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya
e. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
f. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
g. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.



E. Gerak sebagai kebutuhan anak
Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa.
Dunia anak-anak memang menakjubkan, mengandung aneka ragam pengalaman yang mencengangkan, dilengkapi berbagai kesempatan untuk memperoleh pembinaan . Bila guru masuk ke dalam dunia itu, ia dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan pengetahuannya, mengasah kepekaan rasa hatinya serta memperkaya keterampilannya.
Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya

F. Definisi Pendidikan Jasmani Menurut Tokoh- Tokoh Pendidikan Jasmani
1. Cholik Mutohir (Cholik Mutohir, 1992).

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
2. Nixon and Cozens (1963: 51)
Mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.
3. Dauer dan Pangrazi (1989: 1)
Mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
4. Bucher, (1979).
Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.
5. Ateng (1993)
mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.

6. Siedentop (1991),
seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan melalui aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani".

7. Jesse Feiring Williams (1999; dalam Freeman, 2001),

pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa:

„Manakalah pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika.’

Pendidikan melalui fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas fisikal (aktivitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama dengan siswa lain.

8. Rink (1985)
juga mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai "pendidikan melalui fisikal", seperti:
‘Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten, maka basil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikal-nya. Hal ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani.’

Pendapat lain namun dalam ungkapan yang senada, seperti diungkapkan.


9. James A.Baley dan David A.Field (2001; dalam Freeman, 2001)
menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini menyebutkan bahwa:
‘Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.’
Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi.
Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.

10. Freeman (2001:5)
menyatakan pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok bagian, yaitu:
1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu: beberapa aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.
2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus didapat perbedaan yang mencolok.
3. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini, tetapi keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non-fisikal pun bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga perkembangan kognitif dan afektif.

Secara utuh, pemahaman yang harus ditangkap adalah: pendidikan jasmani menggunakan media fisikal untuk mengembangkan kesejahteraan total setiap orang. Karakteristik pendidikan jasmani seperti ini tidak terdapat pada mata pelajaran lain, karena hasil kependidikan dari pengalaman belajar fisikal tidak terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja. Konteks melalui aktivitas jasmani yang dimaksud adalah konteks yang utuh menyangkut semua dimensi tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan pikiran.
Tentu, pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang terdidik fisiknya, tetapi juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan total manusia, seperti yang dimaksud dengan konsep “kebugaran jasmani sepanjang hayat”. Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh dan pikiran menekankan pada tiga domain pendidikan, yaitu: psikomotor, afektif, dan kognitif. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga,

11. Syer & Connolly (1984); Clancy (2006); Begley (2007), menyebutkan hal senada bahwa “tubuh adalah tempat bersemayamnya pikiran.” Ada unsur kesatuan pemahaman antara tubuh dengan pikiran.
1. Kesatuan Unsur Tubuh dan Pikiran

Salah satu masalah besar, untuk selama bertahun-tahun lamanya seolah tidak akan pernah tuntas, adalah perdebatan antara intelektual dan jasmani. Kepercayaan banyak orang adalah bahwa tubuh terpisah dari pikiran, yang kemudian memunculkan pemahaman "dualisme" dan cenderung mengarah pada pikiran adalah sesuatu yang diutamakan, sementara tubuh adalah sesuatu yang inferior. Sebagai contoh, sering didapatkan pada rohaniawan yang mengutamakan pada kesempurnaan pikiran daripada kesejahteraan fisiknya. Bahkan sampai pada keyakinan bahwa pikiran berada di atas unsur tubuh, dan mengendalikan semua sistem tubuh yang ada.
Sebaliknya, ada juga filosofi yang menyebutkan bahwa tubuh dan pikiran bersatu, yang kemudian dikenal sebagai aliran pemahaman holism, suatu kesatuan antara tubuh dan pikiran. Keyakinan ini dapat dengan mudah dikenali, seperti yang sering didengar sebuah semboyan Orandum est ute sit men sana in corpore sano atau seperti: a sound mind in a sound body (Krecthmar, 2005:51). Moto seperti ini, sering dijadikan rujukan dalam setiap pelaksanaan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani memanfaatkan aktivitas jasmani untuk mengembangkan aspek tubuh dan pikiran, dan bahkan aspek spiritual. Hal ini pun menjadi fokus orientasi utama dalam pengembangan aktivitas jasmani sebagai upaya pengembangan utuh-manusia.
Pertanyaan utama yang patut dimunculkan adalah apakah benar keyakinan terhadap kesatuan tubuh dan pikiran? Pada kenyataannya di masyarakat sering ditemukan keyakinan bahwa tubuh dan pikiran berada pada sifat dualism. Sesungguhnya, pendidikan jasmani mencoba membuktikan dan meyakinkan setiap orang bahwa tubuh dan pikiran berpadu menjadi satu kesatuan dalam konsep holism, meskipun pikiran berada di atas kedudukan tubuh. Inilah bukti bahwa perdebatan itu akan senantiasa muncul sebagai akibat adanya dinamika dalam pemikiran. Pendapat yang bijak dapat dimunculkan ketika mencoba memposisikan diri pada pemikiran netral, bijak dalam memposisikan masing-masing pendapat, pikiran mengendalikan tubuh, tetapi tubuh pun dapat memberikan informasi dan mempengaruhi pikiran. Pembenaran akan dapat diterima ketika apa yang terjadi sesuai dengan landasan teoritisnya. Tetapi, teori dapat diterima ketika sejalan dengan apa yang terjadi.
Referensi :
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/01/definisi-pendidikan-jasmani.html
http://www.rancahbetah.info/2010/04/pengertian-definisi-pendidikan-jasmani.html
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/01/definisi-pendidikan-jasmani.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_jasmani#Definisi_Pendidikan_Jasmani_dan_Kesihatan
PENDIDIKAN OLAHRAGA



A. Pengertian olahraga
Adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal.



B. Pengertian Olahraga Menurut Para Tokoh
1. Menpora Maladi

Olahraga mencakup segala kegiatan manusia yang ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya, cita-cita nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya.

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yangintensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
2. Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson : Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or.

4. Ensiklopedia Indonesia
adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat)


5. Cholik Mutohir
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusiaIndonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.


6. Edward (1973)
Olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain;
a. Terpisah dari rutinitas,
b. Bebas,
c. Tidak produktif,
d. Menggunakan peraturan yang tidak baku.
Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik;
a. ada kompetisi,
b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkupsport; permainan yang dilem


7. Pieron, Cheffers, dan Barette (1994; dalam Naul, 1994)
pedagogi olahraga merupakan sebuah disiplin yang terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan. Paradigma ini telah diadopsi diIndonesia dalam pengembangan pedagogi olahraga di FIK/ FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa pedagogi olahraga dianggap sebagai "induk" yang berpotensi untuk memadukan konsep/teori terkait dari relevan dari beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya terutama dalam konteks pembinaan dalam arti luas dan paradigma interdisiplin (Matveyev, dalam Rush Lutan, 1988) Pandangan ini tak berbeda dengan tradisi di Jerman yang menempatkan pedagogi olahraga dalam kedudukan sentral dalam struktur ilmu keolahragaan (Wasmund, 1973). Dalam model yang dikembangkan di Universitas Olahraga Moskow, pedagogi olahraga ditempatkan sebagai "pusat" yang berpotensi untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu keolahragaan, sementara para ahli meletakkansport, medicine yang mencakup aspek keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan bagi pedagogi olahraga (Rush Lutan, 1998; dalam laporan hasil The Second Asia Pacific Congress of Sport and Physical, Education University President).


8. Widmer (1972)
menjelaskan objek formal pedagogy olahraga yaitu "fenomena olahraga dari fenomena pendidikan, tatkala manusia dirangsang agar mampu berolahraga.
9. Grupe & Kruger (1994),
pedagogi olahraga mencakup dua hal utama: (1) tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga, dan karena itu ada landasan teoretis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud mendidik tersebut; dan (2) praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan latihan gaya militer dan drill di beberapa negara, khsusnya di Jerman; praktik baru itu disertai konsep teoretis pendidikan jasmani, kontrol terhadap badan, dan disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, dan keterampilan di bawah pengendalianjiwa dan kemauan.
























Referensi :

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/01/pengertian-olahraga.html

http://www.linkpdf.com/download/dl/definisi-pendidikan-olahraga-menurut-para-ahli-pdf--.pdf

http://and1volleyball.blogspot.com/2010/12/pengertian-olahraga.html

http://blog.uny.ac.id/arisfajarpambudi/2010/08/30/pengertian-pendidikan-jasmani/






































Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah : “Apakah pendidikan jasmani?” Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut.
Hal tersebut mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru penjas, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan” (penjaskes) dalam kurikulum1994.
Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani ?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.
Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama